Oleh: Rusdin Tompo
(Komisioner KPID Sulawesi Selatan, periode 2007-2010 & 2011-2014)
"Saya sudah baca opini ta, bagus tulisan Pak Rusdin."
Begitu bunyi pesan singkat dari Aswar Hasan setiap kali tulisan saya muncul di halaman opini harian Fajar atau Tribun Timur. Pesan singkat itu masuk pagi, sebelum pukul 08.00 wita.
Itu masih era SMS (short message service), sebelum saya berpindah menggunakan BlackBerry, saat awal menjadi komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sulawesi Selatan, periode 2007-2010.
Respons dan apresiasi Aswar Hasan sedemikian cepat karena halaman opini yang beliau baca pertama.
Menurut penuturannya, setiap kali koran tiba di rumahnya, beliau akan melihat judul headline hari itu, lalu menyisir judul-judul pada rubrik-rubrik selanjutnya. Setelah itu, kembali membalik halaman koran untuk membaca opini dari para penulis.
Aswar Hasan, saya akui seorang pembaca tekun dan penulis yang kritis. Di ruang tamu rumahnya--yang berada di seberang Masjid Al-Markaz Al-Islami--koleksi bukunya tertata rapi di lemari.
Sering saya melihat beliau membawa buku bila ke kantor KPID Sulawesi Selatan, yang kala itu masih berada di Lantai 4 Gedung A Kantor Gubernur Sulawesi Selatan, Jalan Jenderal Urip Sumoharjo, Makassar.
Selain sebagai akademisi, Aswar Hasan dikenal sebagai pembicara publik yang vokal, juga kolumnis yang produktif. Semangat menulis ini ditularkan pula di KPID.
Teman-teman dimotivasi dan diberi ruang untuk menulis yang menjadi bidang konsentrasinya. Sebab itu bagian dari cara kami mengedukasi masyarakat terkait tupoksi dan kewenangan KPID. Bahkan, ada kebijakan dan alokasi anggaran untuk menulis dan menerbitkan buku.
Ketika saya bertandang ke kantor KPID--sebelum menjadi komisioner--untuk mengurus perizinan Radio PLS FM, saya malah disodorkan naskah buku oleh ustaz Muhammadiyah Yunus--salah seorang komisioner KPID Sulawesi Selatan, periode 2004-2007. Beliau meminta saya memberi kata pengantar untuk bukunya "Jangan Terhipnotis Televisi" (2007).
Sejak periode pertama, KPID Sulawesi Selatan sudah menerbitkan buku-buku sendiri. Buku-buku yang terbit pada masa awal ini ditulis oleh komisioner, baik sebagai buku tunggal maupun buku kumpulan tulisan bersama.
Andi Tadampali, yang populer dengan nama Andy Mangara, misalnya, menulis buku "Radio an Obsession: Dari Hobi ke Profesi" (2006), dan Hidayat Nahwi Rasul yang dijuluki Bapak Ruang Publik, menulis buku "Ruang Publik yang Cedera" (2006).
Sebelum itu, mereka menerbitkan buku bunga rampai penyiaran "Jaga Mata dan Telinga" (PT Umitoha Ukhuwah Grafika, 2005). Jaga mata dan telinga merupakan jargon sederhana agar masyarakat selektif dan kritis dalam mendengarkan siaran radio dan menonton tayangan televisi.
Tradisi menulis dan menerbitkan buku dilanjutkan pada periode kedua Pak Aswar Hasan memimpin KPID Sulawesi Selatan (2007-2010).
Pada era inilah saya bergabung menjadi komisioner bersama Andi Tadampali, Muhammadiyah Yunus, Judhariksawan, M Anshar A Akil, dan Amelia Tristiana.
Tak lama setelah terpilih, saya menerbitkan 3 buku Seri Gerakan Menonton Sehat (GeMeS). GeMes adalah inovasi teman-teman komisioner sebelumnya yang terus kami perkuat, melalui gerakan literasi media.
Buku seri GeMeS ini terdiri dari "Panduan Praktis Menonton Sehat untuk Orangtua", "Panduan Praktis Menonton Sehat untuk Anak", dan "Panduan Praktis Menonton Sehat untuk Guru". Buku terbitan tahun 2007 ini merupakan kerjasama KPID Sulawesi Selatan dan Dinas Infokom Kota Makassar.
Pada tahun 2009, saya menerbitkan buku "Anak, Media dan Politik"--sebuah tema yang memang menjadi minat saya. Pentingnya melindungi anak-anak sebagai khalayak khusus dari dampak buruk siaran selalu kami suarakan.
Buku ini dilaunching bersama buku karangan M Anshar A Akil di Kafe Bawah Pohon, Jalan Pengayoman, yang disiarkan live oleh Makassar TV. Pembahas buku kami, kala itu, Mappinawang (advokat dan aktivis NGO) dan Alwy Rahman (budayawan).
Di akhir masa jabatan kami, pada periode 2007-2010, kami menerbitkan buku "Panorama Penyiaran" (2010). Buku ini berisi direktori lembaga penyiaran di Sulawesi Selatan, program unggulan KPID Sulawesi Selatan, daftar organisasi terkait penyiaran, hari-hari penting terkait penyiaran, dan Peraturan KPI tentang P3 dan SPS. Saya sebagai editor buku ini.
Dari isi bukunya, tampak bahwa buku ini jadi semacam pertanggungjawaban publik atas kinerja yang kami lakukan selama tiga tahun terakhir.
Buku-buku tersebut sebagai penanda upaya kami mendorong demokratisasi penyiaran di Sulawesi Selatan, lewat pelaksanaan prinsip diversity of content dan diversity of ownership. Kedua prinsip ini menekankan pentingnya keberagaman isi siaran, dan kepemilikan media yang tidak terpusat pada satu orang atau korporasi.
Setelah saya diberi mandat sebagai Ketua KPID Sulawesi Selatan, periode 2011-2014. Tradisi menulis dan menerbitkan buku yang diletakkan Pak Aswar Hasan, saya lanjutkan. Buku pertama yang kami terbitkan berjudul "Era Baru KPID Sulsel" (2011).
Teman-teman komisioner, yakni Sumeizita Suarman, Sukardi Weda, Andi Fadli, Andry Mardian, Alem Febry Sonni, dan Rahma Saiyed, semuanya menulis sesuai bidangnya. Ada tiga bidang dalam struktur organisasi KPID, yakni bidang perizinan, bidang kelembagaan, dan bidang pengawasan isi siaran.
Meneruskan semangat Gerakan Produksi Sehat (GeSit) yang sudah digaungkan oleh komisioner era 2007-2010, kami tak henti-henti mengadakan diskusi guna meningkatkan kompetensi dan kapasitas SDM penyiaran, yang diharapkan akan ikut mengatrol kesejahteraan mereka.
Gagasan-gagasan selama diskusi itu, kami bukukan sebagai bentuk ikhtiar dalam upaya menemukan format ideal SDM penyiaran berkualitas. Meski harus diakui, tidaklah mudah. Sebab ranah penyiaran sedemikian dinamis dan kompleks.
Buku itu kami beri judul "Memformulasikan Cetak Biru Sertifikasi SDM Penyiaran Televisi" dan "Memformulasikan Cetak Biru Sertifikasi SDM Penyiaran Radio", keduanya diterbitkan tahun 2012.
Buku-buku ini, menjadi bukti apa yang kami kerjakan sebagai komisioner, sebagai penyelenggara lembaga negara independen yang mewakili masyarakat di bidang penyiaran.
Buku-buku terbitan sejak era Aswar Hasan ini merupakan best practice KPID Sulawesi Selatan yang kerap kami jadikan sebagai cendera mata, manakala ada kunjungan studi banding dari teman-teman komisioner daerah lain. (*)