![]() |
| Penulis sedang menikmati kopi pagi dengan lanskap persawahan di Hana Home Stay, Barru. (Ist) |
Menikmati fajar dengan bentang persawahan hijau, merupakan suatu kemewahan. Sekumpulan bangau dengan bulu-bulunya yang putih, terbang rendah, membentuk formasi yang memesona. Suara kokok ayam ketawa, bebek dan angsa yang saling berkejaran bagai kanak-kanak yang tengah bercanda.
Suasana itulah yang ditawarkan Hana Homestay, yang berada di Jalan Syech Yusuf Nomor 09, Tuwung, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Penginapan ini masih terbilang belum terlalu lama, dirintis sejak tahun 2017.
Rombongan tamu Festival Aksara Lontaraq (FALAQ) VI dan Festival Budaya To Berru dari Makassar, memilih penginapan ini selama gelaran acara. Kedua festival yang diadakan oleh Yayasan Aksara Lontaraq dan Pemerintah Kabupaten Barru, atas dukungan Kementerian Kebudayaan RI ini, diadakan pada 23-25 November 2025.
"Saya mulai mengelola penginapan ini setelah pensiun," kata Syarifuddin, pemilik Hana Home Stay.
Pria kelahiran Makassar, Juni 1960, tadinya merupakan karyawan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dia mengabdi selama 35 tahun di bank milik pemerintah itu.
Tahun 2016, Syarifuddin purnabakti, pada usia 56 tahun. Lembaran baru kemudian dibuka seiring beroperasinya penginapan di atas lahan seluas 25 are ini.
Bangunannya, jelas Syarifuddin, seluas 20×40 meter. Ada 8 kamar yang dipunya, dengan tarif yang cukup terjangkau.
Untuk room suite harganya Rp450.000 per malam, deluxe Rp400.000, dan Rp350.000 superior.
"Kamar di home stay kami masih terbatas kalau dibanding dengan okupasi pengunjung," papar Syarifuddin.
Kamar-kamar itu, katanya, adalah kamar anak-anaknya. Kini mereka sudah berkeluarga dan mandiri. Kamar-kamar itu lantas diubah begitu menjadi home stay.
Nama Hana Home Stay, lanjut dia, diambil dari nama istrinya, Andi Srihana Tri. Semula, bangunannya hanya yang berada di depan, lalu dibangun di bagian belakang setelah pensiun.
Di bagian belakang itulah yang menghadirkan suasana alami. Batas antara penginapan dengan persawahan hanya ditandai oleh pagar bambu sederhana. Di kejauhan tampak Gunung Lapancuq.
Masih ada bonus yang bisa diperoleh tetamu Hana Home Stay, yakni kereta api. Tak jauh dari situ, ada rel kereta api Mandai-Garongkong. Sehingga, tamu bakal disuguhi rangkaian gerbong KA Lontara, yang lewat di situ.
Penginapan yang terasa homy ini menyuguhkan menu breakfast yang bervariasi, mulai dari nasi goreng, bubur ayam, soto banjar, hingga buah. Lokasinya mudah dijangkau karena berada tak jauh dari jalan poros Hasanuddin-Sudirman-Ahmad Yani.
Konsep home stay menekankan pengalaman budaya dan interaksi personal antara tamu dan pemilik. Tamu banyak mendapat informasi dan cerita dari Syarifuddin, yang ketika aktif merupakan seorang auditor.
"Saya saat masih aktif biasa melakukan perjalanan dinas. Dari pengalaman itu, saya tahu ada kebutuhan tempat nginap yang nyaman, guna mendukung aktivitas kami. Itulah yang jadi inspirasi saya membangun Hana Home Stay ini," terangnya.
Syarifuddin bersyukur, tempat penginapannya jadi pilihan yang recomended bagi tamu-tamu yang akan ke Barru. Bahkan, kata dia, 3-4 hari sebelum tamu tiba kabupaten yang berjarak 98 km dari Makassar itu, mereka sudah booking lebih dahulu. (*)


