Nama Kang Dedi Mulyadi disebut-sebut saat lomba baca puisi dan Senam Anak Indonesia Hebat dalam kegiatan Semarak Kemerdekaan di SD Negeri Borong, Sabtu, 16 Agustus 2025.
Tentu saja Kang Dedi Mulyadi yang dimaksud, bukan Gubernur Jawa Barat, melainkan peserta lomba di SD yang berada di Kecamatan Manggala, Kota Makassar, itu.
Lantas mengapa nama Demul, begitu biasa nama mantan anggota DPR RI dan Bupati Purwakarta itu disapa, muncul? Penyebabnya sederhana, karena beberapa peserta menggunakan topi atau ikat kepala totopong. Yakni ikat kepala khas Sunda, yang biasa dikenakan Dedi Mulyadi.
Teriakan Kang Dedi itu terdengar antar lain saat Ghazi, murid kelas 2A dan Aldric, murid kelas 1A. Keduanya memang mengenakan ikat kepala ala Kang Dedi.
Hanya saja, topi atau ikat kepala peserta baca puisi dan lomba senam itu, diberi warna merah. Sehingga tampak menjadi merah putih bila dari depan.
Efek Kang Dedi Mulyadi yang juga dikenal sebagai konten kreator dan sering viral ini, menunjukkan betapa massifnya pengaruh media sosial. Anak-anak pun menirunya, dijadikan sebagai asesoris penampilan mereka.
Hanya Muhammad Dzafran Putra Irman, kelas 6A, yang tampil menggunakan passapu, yaitu ikat kepala khas Makassar. Dia mengenakan passapu saat membaca puisi karya Rosy Pratama, berjudul "Kata Siapa Kita Merdeka?"
Ada pula Fatimah Azzahrah, kelas 6B, mengenakan topi atau penutup kepala khas suku Papua. Beberapa peserta lain, mengenakan riasan merah putih, sesuai semangat perayaan kemerdekaan.
Saat kegiatan karnaval, ada sejumlah anak yang mengenakan songkok recca (to Bone) lengkap dengan jas tutup dan sarung sabbe, juga busana dari daerah lain, seperti Madura, Dayak, Jawa dan Batak. Semua penampilan murid-murid ini menggambarkan keberagaman sebagaimana semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Semarak Kemerdekaan di SD Negeri Borong ini merupakan perayaan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80. Tahun 2025 ini, tema perayaan kemerdekaan adalah "Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju".
Dalam Lomba baca puisi, puisi-puisi yang dibacakan merupakan karya penyair ternama, seperti Chairil Anwar, dengan puisi "Diponegoro" dan "Aku", Kuntowijoyo dengan puisi "Museum Perjuangan", dan Mustofa Bisri dengan puisi "Ibu". Juri lomba baca puisi ini adalah Rusdin Tompo, pegiat literasi yang juga merupakan seorang penyair.
Lomba baca puisi sebagai upaya mendekatkan anak-anak pada karya sastra, juga sebagai metode menanamkan nasionalisme. Pendidikan karakter juga dilakukan melalui lomba Senam Anak Indonesia Hebat, dengan juri Evawaty Bahtiar, S.Pd, yang merupakan guru PJOK.
Ketua Bunda Pustaka, Annisah Arsyad, mengatakan beberapa mata lomba yang diadakan diharapkan menjadi ajang pencarian bakat anak-anak. Biar saat penyelenggaraan Festival Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional (FLS3N) bibit-bibit potensial itu sudah terlihat.
Di samping lomba-lomba khas 17an, untuk seru-seruan seperti makan kerupuk dan lari kelereng. Juga ada kegiatan lomba yang mulai melirik prestasi, seperti lomba nyanyi solo, lomba baca puisi, lomba pantomin, lomba mewarnai, dan lomba gambar bercerita.
Ada pula yang bersifat grup, seperti lomba senam kreasi, dan lomba yang bersifat kolaborasi, yakni menghias kelas dan dekorasi tumpeng.
Selama pelaksanaan Semarak Kemerdekaan, Plt Kepala UPT SPF SD Negeri Borong, M Amin Syam, selalu membersamai peserta dan panitia. Kegiatan Semarak Kemerdekaan ini diadakan oleh Bunda Pustaka SD Negeri Borong, atas dukungan orangtua, guru-guru dan Komite Sekolah.
Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari beberapa sponsor, seperti PT Amira Insani, Penerbit Erlangga, Sandrella, dan Indofood. (rt*)