• Jelajahi

    Copyright © Tebar News
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Sports

    Dari Takalar Bawa Bayi 1,3 Tahun Mendaki Gunung Rinjani

    Redaksi Tebarnews
    07/07/2025, 10:24 PM WIB Last Updated 2025-07-07T14:24:43Z
    Tim Punggawa Adventure yang melakukan pendakian ke Gunung Rinjani, Lombok, NTB, mulai Ahad, 16 Juni 2025, hingga 23 Juni 2025. (Dok. Tebarnews.com/Handover)


    Mendaki Gunung Rinjani di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), sudah menjadi impian kami. Pendakian ke gunung berapi aktif tertinggi kedua di Indonesia itu terasa istimewa karena dilakukan bersama keluarga dan tim Punggawa Adventure.


    Persiapan yang matang sudah kami lakukan. Termasuk membuat rundown pendakian, mulai Ahad, 16 Juni 2025, hingga 23 Juni 2025, saat kembali ke Sembalun. Itu bila semua berjalan sesuai rencana.


    Kami berangkat tanggal 16 Juni 2025, dari Takalar langsung ke pelabuhan Soekarno-Hatta di Makassar. Kami naik kapal PELNI, KM Gunung Dempo menuju Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Lalu berpindah kapal meneruskan perjalanan dengan KM Dharma Kartika 5 menuju Lombok.


    Setelah berada di kapal selama 2 hari mengarungi samudra biru, kapal yang kami tumpangi pun tiba pada Rabu, 18 Juni 2025. 


    Kami sempat menunggu kurang lebih 5 jam, di Masjid Nurul Bahri, untuk menuju ke bandara menjemput rombongan yang naik pesawat. Karena pada hari yang sama mamanya sakit, datang dari Makassar, naik pesawat udara .


    Setelah itu langsung ke tempat basecamp di Desa Sembalun di kaki Gunung Rinjani, pada Kamis, 19 Juni 2025. 


    Kami tergabung dalam Punggawa Adventure, yang akan mendaki gunung setinggi 3.726 mdpl itu. Kami semuanya ada 14 orang. 


    Saya, Andi Try Andrian (40 thn), selaku Ketua Tim. Kemudian Haslianti Nur Fatima (39 thn) sebagai Bendahara.


    Ikut pula dalam tim ini Andi Muh Dzaki (17 thn), pelajar SMAN 3 Takalar, Andi Muh Fahri (12 thn), murid kelas 6 di SDN 5 Ballo, Andi Muh Fadhil (10 thn), kelas 4 SDN 5 Ballo, dan Andi Muh Khalid (3 thn). 


    Anak kami yang baru berusia 1 tahun 3 bulan juga diajak. Namanya Andi Muh Arung. Sepanjang jalan, saya dan ibunya, Haslinda Nur Fatima, bergantian menggendongnya.


    Dalam rombongan ini juga ada Adhe, mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI), Rizal Joko (22 thn), Wahyu (28 thn), dan Ikhsan (25 thn). 


    Bersama tim kami, ikut pula tiga orang dari MRB (Mountain Rescue Bawakaraeng). Mereka adalah Rendi (23 thn), Junaidi (22 thn), dan Firman (29 thn).


    Kami memang siapkan waktu satu hari untuk istirahat, registrasi, dan pemeriksaan kesehatan. Kami semua memeriksa kesehatan, sesuai prosedur yang diharuskan.


    Selanjutnya, melapor ke Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. Sebab pendakian di Rinjani setiap hari itu dibatasi. Berapa orang yang bisa naik ke puncak, sudah jauh-jauh hari sekira 2 minggu sebelumnya kami persiapkan. 


    Itulah yang kami laporkan ke Balai Taman Nasional Gunung Rinjani untuk diregistrasi. Ceritanya check in untuk pendakian.


    Setelah proses administrasi atau check in di Balai Taman Nasional Gunung Rinjani selesai, maka pada Jumat 20 Juni 2025 merupakan jadwal kami untuk memulai pendakian. 


    Setelah berdiskusi, kami putuskan  memilih ke atas via jalur Bukit Tiga.


    Setelah berjalan kurang lebih 2 jam dari Bukit Tiga, kami sampai di Pos 1 dalam keadaan aman. Dari Pos 1, kami berjalan sekitar 2 jam lagi sampai ke Pos 2.


    Di Pos 2, kami rehat sejenak kurang lebih 30 menit. Di sini, kami perlihatkan kartu sehat untuk memastikan bahwa kondisi kesehatan kami tetap fit. Memang ada tempat kontrol kesehatan di Pos 2 ini.


    Setelah istirahat setengah jam, kami kemudian melanjutkan perjalanan ke Pos 3, yang ditempuh kurang lebih 3 jam perjalanan dengan kabut yang cukup tebal. 


    Meski begitu, masih jelas untuk pendaki melihat hamparan alam dengan layer-layer yang menawarkan keindahan. 


    Tiba di Pos 3, kami kembali beristirahat kurang lebih 15 menit, sebelum memutuskan untuk lanjut ke Pos 4.


    Saya melihat, mulai ada beberapa pendaki mengalami kelelahan. Pos ini termasuk trek yang sangat menanjak, sebelum mencapai Pelawangan 3.


    Saking menantangnya, trek yang biasanya dilalui 3 jam akhirnya kami tempuh dalam waktu 5 jam perjalanan. Kami tiba sudah hampir Magrib.


    Malam itu, kami putuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan karena kabut semakin tebal, dan cuaca semakin dingin.


    Belum lagi, kami melihat kondisi anggota juga masih kelelahan. Maka kami putuskan untuk istirahat dan makan serta mempersiapkan pendakian berikutnya untuk menuju ke Pelawangan.


    Dinamakan Perlawangan ini sesungguhnya punggungan Gunung Rinjani.


    Di sini tempat untuk camp bagi teman-teman pendaki yang ingin ke Puncak Dewi Anjani 1, 2, 3, 4. Semakin tinggi perjalanannya semakin dekat dengan tempat untuk camp. Kami tinggalkan tempat ini pukul 04.00.


    Kemudian, dari Bukit Penyesalan kurang lebih kami tempuh selama 5 jam. Nama Bukit Penyesalan ini terasa unik. 


    Dinamakan demikian karena, katanya, kadang ada yang menyesal di sini. Bahwa ternyata untuk menuju ke puncak masih jauh, sementara mau pulang pun sudah kadung di atas.


    Sampai di Danau Segara Anak kita bisa mendapatkan sumber air. Kembali kami camp di sini. Proses pendakian bersama orang dewasa dan anak-anak ini kami tempuh dalam waktu 12 jam untuk sampai di puncak kering. 


    Sempat kami mendirikan shelter karena di tengah perjalanan tiba-tiba datang badai. Sehingga kami putuskan untuk membuat folder tempat berlindung agar segera masuk.


    Semua memakai alat pengaman sendiri.  Setelah 30 menit, badai berlalu. Akhirnya pendakian bisa kita lanjutkan.


    Pendakian di Gunung Rinjani ini saya perkirakan, 60% berasal dari mancanegara.


    Sangat disayangkan, saat badai tidak ada penanganan. Bahkan Tim SAR, yang jumlahnya 3 orang, mungkin karena kelelahan hanya tidur.


    Setelah itu kami mulai melangkah ke Puncak Dewi Anjani.


    Medan di sini cukup sulit karena berbatu dan berpasir. Kalai kami melangkah satu langkah, malah turun 1 meter. Tidak naik, malahan turun.


    Jadi betul-betul saya sebagai leader perlu memperhatikan kondisi semua anggota tim. 


    Kami memakai webbing sling, yakni pita datar terbuat dari anyaman untuk menarik kita yang ada di bawah agar tidak terperosok. Dan harus dipastikan yang kita injak itu kokoh dan kuat.


    Walau kami melangkah satu demi satu, akhirnya, alhamdulillah, bisa sampai ke Puncak Dewi Anjani. 


    Saat mencapai puncak itu, saya menggendung anak kami, menaruhnya di bagian depan. Anak-anak kami yang lain terlihat senang, karena serasa dekat sekali dengan awan.


    Kami tak henti-henti menyebut asma Allah, sebagai rasa syukur bisa merasakan salah satu kuasa dan karunia Tuhan di bumi pertiwi. (*)


    *Laporan: Andi Try Andrian (Tim Punggawa Adventure)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini