![]() |
FOTO: DOKPRI Sri Pribadari, mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar |
Upaya pengembangan tema kajian sejarah dari waktu ke waktu, menunjukkan ekspansi yang makin luas. Antara lain ditandai lahirnya ragam topik kajian sejarah yang ditulis oleh para Sejarawan serta kalangan mahasiswa.
Salah seorang mahasiswi Program Pascasarjana (PPs) Universitas Negeri Makassar (UNM), Sri Pribandari meneliti Pakacaping Tobaine di Mandar Sulawesi Barat. Hasil penelitian ini disajikan dalam sidang ujian tesis PPs UNM yang diselenggarakan secara daring, Rabu (02/12/2020).
Melalui tesis berjudul “Pakkacaping Tobaine 1980-2017: Dinamika dan Eksistensi dalam Masyarakat Mandar” ini, Sri Pribandari menjelaskan 3 tujuan penelitiannya, yakni untuk mengetahui keadaan Pakkacaping Tobaine di Masyarakat Mandar, dinamika dan eksistensi Pakkacaping Tobaine, dan upaya pemertahanan eksistensi Pakkacaping.
Penulisan tesis ini dibimbing Dr. Andi Agussalim AJ, M.Hum dan Dr. Abdul Rahman, M.Si.. Adapun penguji masing-masing Prof. Dr. Darman Manda, Hum, Dr. Ahmadin, S.Pd., M.Pd., dan Dr. Sulaiman Samad, M.Si.
Mahasiswa PPs UNM kelahiran Tasiu, Kaluku 17 Juni 1994 ini, juga menjelaskan bahwa selama kurun waktu 1980-2017 kondisi Pakkacaping mengalami banyak perubahan. Bahkan lanjut Sri ada dua tokoh yang berperan dalam perubahan tradisi Pakkacaping Tobaine di Mandar, yakni Marayama dan Satuni yang menunjukkan perannya mulai dari masa Revolusi hingga masa DI/TII.
“Keduanya memiliki peran yang penting dalam masa kedua gerakan tersebut. Setelah pelarangan oleh pasukan DI/TII, kondisi ekonominya mengalami perubahan. Selain itu, masuknya orkes membuat masyarakat mengabaikan pertujukan kecapi”, ungkapnya.
Pada ujian tutup yang digelar melalui Video Conference WhatsApp ini, Sri juga mengungkap keperihatinanya pada kehidupan keseharian Marayama yang sangat jauh dari nama besarnya sebagai Maestro Kecapi. Untuk itu ia berharap ada perhatian dari pihak pemerintah baik untuk melestarikan budaya melalui pertunjukan kecapi ini maupun terhadap diri pribadi pemain kecapi.
“Sebaiknya ada subsidi yang diberikan kepada Marayama sebagai individu yang memiliki peran penting dalam pelestarian budaya pertunjukan kecapi”, saran Sri melalui tesis yang ditulisnya. (mg/sn)