• Jelajahi

    Copyright © Tebar News
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Sports

    Kios Jagung Rebus dan Jalan Panjang Chadijah Menuju Revolusi Esok Pagi

    Redaksi Tebarnews
    25/06/2025, 1:30 PM WIB Last Updated 2025-06-25T05:31:33Z

     

    Chadijah saat menemani kedua orangtuanya berkeliling Pameran Revolusi Esok Pagi, di Kampus IKM, Jalan Racing Center IV. (Dok. Tebarnews.com)


    Oleh Shanti Yani (Koordinator Indonesia's Sketchers Makassar)


    Minggu siang, 22 Juni 2025. Saya sengaja berangkat ke kampus Institut Kesenian Makassar (IKM) sejam lebih awal dengan niat membantu panitia mempersiapkan Workshop Sketsa dan Menggambar Bersama yang akan diadakan oleh Komunitas Indonesia's Sketchers Makassar (IS Makassar).


    Workshop tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari Pameran Revolusi Esok Pagi (REP) #6 , 21-25 Juni 2025, berlokasi di Jalan Racing Center IV.  


    Workshop sedianya akan dipandu oleh Muh Suapri Sarullah, seorang sketser alumnus Arsitek Unhas, tahun 2011. Dia kini berprofesi sebagai ASN di salah satu unit kerja pada instansi Pemda Kabupaten Takalar.  


    Tiba di lokasi suasana masih lengang. Beberapa panitia pameran terlihat sedang  berbenah di sana-sini sebelum pelaksanaan pameran dimulai pukul 16.00 WITA. Saya berkesempatan melihat-lihat karya lukis maupun karya instalasi yang sedang dipamerkan sebelum pengunjung lain berdatangan.


    Tidak lama berselang, Chadijah menghampiriku.


    "Sudah mi tadi saya antar orang tuaku keliling-keliling liat pameran," ujarnya dengan mata berbinar-binar. Nampak rasa bangga bercampur bahagia pada raut wajahnya.  


    Ini adalah kali kedua Chadijah mengikuti pameran REP. Sebelumnya, di 2023 pada REP #4 bertema Marginados.  


    Total ada 11 karya dari 7 orang yang mewakili IS Makassar ikut serta dalam perhelatan pameran REP #6  tahun ini, dengan tema Post-Truth.


    Tibalah kami di lantai 3 ruang pameran.   Serta-merta mataku tertuju pada sebuah bingkai hitam yang posisinya miring sendiri. Refleks ingin kubetulkan tapi rupanya memang seperti itulah konsep pemajangan oleh pihak panitia.


    Kesebelas karya teman-teman IS Makasar tersebar di dua panel dalam keadaan  miring ke kiri dan ke kanan. Menyiratkan keberadaan komunitas kami yang begitu dinamis mulai dari sistem keanggotaan tanpa batasan umur, beragam latar belakang profesi, juga mengapresiasi apapun style gambar anggotanya.


    Dari dalam bingkai hitam yang terpajang miring tersebut, tergambar dengan jelas suasana warung sederhana di bawah  naungan pohon rindang, dengan deretan ember plastik berwarna merah muda, dan ibu penjual yang sibuk melayani.  


    "Warung Jagung Rebus Takalar no.49. Kios Hj. Anthy. Menerima pesanan. Hp: 085xxxxxx" demikianlah info singkat tertera pada gambar spanduk yang terpajang depan warung.  


    Sketsa tersebut menggunakan drawing pen dan cat air, diselesaikan dalam waktu satu jam saat Chadijah, gadis berkacamata minus itu, mampir istirahat pada salah satu warung jagung rebus yang berderet di tepi jalan lintas provinsi di daerah Takalar. Saat itu, dia dalam perjalannya dari Makassar menuju Bulukumba.



    "Dulu saya tidak berani bepergian jauh sendirian naik motor, tapi kali ini saya memberanikan diri. Perjalanan yang kurang lebih 4 jam menjadi 7 hingga 8 jam karena saya berhenti di banyak tempat—sekadar istirahat, foto, atau makan."  kenang gadis lulusan Ilmu Hukum UIN Alauddin Makassar ini. 


    Bergabung dalam komunitas IS Makassar sejak 2018, saat itu Chadijah sama sekali belum berani melakukan kegiatan sketch on location atau menggambar langsung objek yang ada di lokasi (baik yang di dalam maupun luar ruangan). 


    "Jujur, saya bukan orang yang mahir menggambar, bahkan saya jarang menggambar kalau tidak ada sketch gathering setiap bulannya. Tapi saya merasa komunitas IS Makassar adalah “rumah”  yang tepat bagi saya untuk terus belajar dan membangun karakter menggambar," tutur Chadijah yang kini bertatus pegawai pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang di Makassar.


    We Draw What We Witness, merupakan tagline komunitas IS Makassar. Karya-karya yang dihasilkan murni hasil pengamatan langsung di hadapan objek sketsanya. Tidak ada garis yang salah, tidak ada karya yang jelek karena masing-masing memiliki ciri khas para sketsernya.  


    Kini, 7 tahun bukanlah waktu yang singkat bagi Chadijah untuk bisa sampai pada titik ini. Dari yang awalnya mengamati saja, lalu mulai coba-coba sketch on location berbekal peralatan pinjaman dari teman-teman, hingga akhirnya memiliki buku sketsa dan cat air berukuran saku yang mudah dibawa kemana saja ia bertualang dengan motor kesayangannya.


    Tidak terasa sejam berlalu. Sebentar lagi kelas workshop akan dimulai. Kami bergegas turun ke lantai 2. Chadijah kemudian berbaur dengan 15 peserta lainnya. Meskipun karyanya telah terpajang dalam pameran yang sedang berlangsung, tapi ia selalu menganggap dirinya sebagai pemula yang harus selalu menimba ilmu.  


    Chadijah tidak membandingkan dirinya dengan sketser lain untuk membuat karyanya terlihat sempurna di mata orang. Namun, dia membandingkan dengan dirinya sendiri dari tahun-tahun sebelumnya, karena ia ingin tetap jujur pada sebuah kata sederhana: proses. (rt-ril*)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini