• Jelajahi

    Copyright © Tebar News
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Sports

    Ikan Sungai Balantieng Tercemar Mikroplastik Akibat Sampah Dibuang Sembarangan

    Redaksi Tebarnews
    13/06/2025, 9:31 PM WIB Last Updated 2025-06-13T13:32:01Z

     

    Aksi membentang poster oleh para aktivis. (Dok. Tebarnews.com/Handover)


    Aktivis Aksi Bulukumba melakukan Kampanye di Sungai Balantieng, Jumat (13/07/2025). Aksi membentang poster di atas timbunan sampah yang ada di sungai dilakukan akibat sungai Balantieng sudah tercemar Mikroplastik. 


    Pencemaran mikroplastik saat ini, bukan hanya ditemukan di air sungai Balantieng, tetapi data penelitian terbaru Yayasan Ecoton menemukan jika Ikan Kareppe yang merupakan salah satu jenis ikan lokal sungai itu sudah ditemukan Mikroplastik dalam lambungnya.


    Penelitian yang dilakukan Ecoton dengan mengambil sampel jenis ikan Kareppe sebanyak 5 ekor  dengan berat rata rata 200 gram per ikan. Dari hasil pengujian sampel Ikan Kareppe yang dilakukan pada laboratorium Ecoton menemukan jika Jenis mikroplastik yang ditemukan merupakan jenis  fiber dan film. 


    Untuk mikroplastik jenis Fiber ditemukan pad 5 sampel ikan Kareppe yang diuji, sedangkan jenis mikroplastik film ditemukan pada satu ikan. Jenis mikroplastik fiber yang banyak ditemukan di ikan berasal dari serpihan baju yang sumbernya  berasal dari aktivitas cuci baju yang di lakukan oleh masyarakat sekitar sungai Balantieng. Sedangkan untuk jenis mikroplastik film merupakan jenis mikroplastik yang berasal dari proses fragmentasi plastik kemasan maupun kantong plastik yang berwarna transparan.

     

    Firly Mas’ulatul Janah, peneliti Ecoton mengatakan jika Mikroplastik yang ditemukan pada ikan akan berbahaya jika di konsumsi oleh masyarakat. Penyebabnya karena dalam mikroplastik terdapat senyawa kimia berbahaya yang jika terkonsumsi oleh manusia bisa memicu gangguan kesehatan. Firly menambahkan jika mikroplastik berasal dari sampah plastik yang di buang sembarangan oleh masyarakat yang kemudian masuk ke sungai dan terbentuk menjadi partikel mikroplastik.


    "Kesadaran masyarakat yang sangat rendah terhadap pengelolaan sampah di Bulukumba menjadi pemicu banyaknya mikroplastik di Sungai. Jadi kalau di sungai ikan mengira mikroplastik ini adalah makanannya. Mikroplastik yang masuk ketubuh ikan akan mempengaruhi sistem reproduksi bagi ikan yang bisa menyebabkan kepunahan bagi ikan lokal di sungai balantieng", tutur Firly.


    Sementara itu Rifal Gaffar Aldi pratama putra, aktivis Siring Bambu yang tergabung dalam Aksi Bulukumba mengatakan jika Ikan Kareppe saat ini masih banyak dijumpai di sungai Balantieng dan dikonsumsi oleh Masyarakat setempat. Rifal yang sebelumnya ikut dalam pengambilan sampel ikan mengatakan jika ikan yang diuji ditangkap di wilayah Desa Bulolohe.


    "Saya baru tau jika mikroplastik bisa masuk ke tubuh ikan di Sungai dari peneltian. Mungkin karena banyaknya sampah yang di buang sembarangan ke sungai menyebabkan ikan menjadi terkontaminasi dengan mikroplastik", ungkapnya. 


    Rifal berharap masyarakat untuk tidak menjadikan sungai sebagai tempat sampah, karena bisa mengancam kesehatan bukan hanya manusia tetapi juga ikan di sungai.


    Rafika Aprilianti, Kepala laboratorium Ecoton menjelaskan jika Penemuan mikroplastik pada ikan di Sungai Balantieng dan rumput laut di Pantai Bulukumba menunjukkan semakin seriusnya pencemaran plastik di ekosistem Sungai dan laut. 


    Mikroplastik yang ditemukan pada organisme laut dan sungai ini menurutnya, umumnya berasal dari dua jalur utama: sumber primer seperti microbeads dari produk perawatan pribadi, pelet plastik industri (nurdles), serta serpihan plastik kecil dari limbah industri. 



    Adapun sumber sekunder, yaitu hasil degradasi sampah plastik besar seperti kantong plastik, botol, jaring ikan, dan limbah rumah tangga yang terpapar sinar UV, gelombang laut, serta abrasi hingga terpecah menjadi partikel mikroplastik berukuran kecil.


    Lebih jauh dikatakan bahwa mikroplastik dapat masuk ke rantai makanan di sungai dan laut melalui proses bioakumulasi. Ikan mengonsumsi mikroplastik melalui dua mekanisme utama. Pertama, saat mereka memakan plankton atau organisme kecil lainnya yang telah terkontaminasi mikroplastik. Kedua, secara langsung menelan mikroplastik yang tersuspensi di air. 


    Hal ini menurutnya terjadi karena ukuran dan bentuk partikel mikroplastik sering kali menyerupai pakan alami ikan, seperti plankton, telur ikan, atau larva kecil. Beberapa mikroplastik bahkan memiliki warna, transparansi, atau gerakan di air yang mirip dengan makanan alaminya.


    Akibatnya, banyak ikan tidak mampu membedakan antara mikroplastik dengan mangsa alaminya, terutama pada fase larva atau juvenil ketika sistem penglihatan dan sensorik mereka masih berkembang. Selain itu, beberapa spesies ikan yang merupakan pemakan filter (filter feeder) atau pemakan dasar (benthic feeder) juga cenderung menelan air atau sedimen secara langsung, sehingga mikroplastik ikut masuk ke dalam saluran pencernaannya. Demikian juga dengan rumput laut yang bersifat sebagai biofilm substrat—permukaan daunnya dapat ditempeli oleh mikroplastik yang tersuspensi di air laut. 


    Dampak pada manusia: ketika manusia mengonsumsi ikan atau rumput laut yang telah terkontaminasi mikroplastik, partikel plastik dan zat kimia berbahaya yang menempel di permukaannya — seperti logam berat, pestisida, dan senyawa pengganggu hormon (endocrine disrupting chemicals seperti BPA, ftalat) — berpotensi masuk ke dalam tubuh manusia. Akumulasi mikroplastik dan zat toksik tersebut dalam jangka panjang dapat memicu gangguan hormon (endokrin), meningkatkan risiko gangguan metabolisme, berkontribusi terhadap peradangan kronis, serta berpotensi mempengaruhi fungsi organ vital seperti hati, ginjal, sistem saraf, dan sistem reproduksi.


    Temuan ini lanjutnya, menjadi peringatan penting bagi kita semua tentang urgensi pengurangan sampah plastik, penguatan pengelolaan limbah, serta perlunya regulasi ketat dalam mengendalikan polusi plastik sejak sumbernya.(ril/r)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini