• Jelajahi

    Copyright © Tebar News
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Sports

    Pengalaman Mengikuti Workshop Menulis Kreatif Seni Rupa REP #6

    Redaksi Tebarnews
    17/06/2025, 1:37 PM WIB Last Updated 2025-06-17T05:37:47Z

     

    Foto: Pemateri dan peserta Workshop Menulis Kreatif Seni Rupa sebagai pra event Pameran Revolusi Esok Pagi #6, di Kampus IKM, Minggu, 15 Juni 2021. (DOK. TEBARNEWS.COM/HANDOVER)


    Oleh: Mahdi Hasbi | Komunitas Indonesia Sketcher Makassar


    Workshop Menulis Kreatif kali ini mengkonfirmasi dan memberikan pemahaman banyak hal terkait kepenulisan, khususnya dengan tema seni rupa. Rusdin Tompo, sebagai narasumber, menyadarkan saya bahwa menulis itu tentang apa yang ingin kita sampaikan kepada pembaca.


    Rusdin Tompo merupakan seorang penulis dan Koordinator SATUPENA Provinsi Sulawesi Selatan. Dia hadir sebagai pemateri bersama Maysir Yulanwar, yang merupakan mantan Pemred Makassar Terkini.


    Workshop ini terkait bagaimana Menarasikan Seni Rupa Melalui Penulisan Kreatif. Kegiatan diadakan di Kampus Institut Kesenian Makassar (IKM), Jalan Racing Center IV, Minggu, 15 Juni 2025.


    Workshop yang merupakan pra event Pameran Seni Rupa Revolusi Esok Pagi (REP) ke-6 ini, terselenggara atas kerjasama REP dan SATUPENA Sulawesi Selatan.


    Sebelum workshop dimulai, saya melakukan refleksi diri dan membayangkan sejauh apa workshop ini dapat membawa saya. Jikapun tidak, apa yang saya akan dapatkan nantinya, yang bisa membantu saya melangkah ke suatu tujuan.


    Sampailah saya ke lantai 2, yang jadi ruang kegiatan wirkshop di gedung Institut Kesenian Makassar. Dengan menenteng sebuah minuman kaleng berharap panasnya kota ini dapat teredam sirna. Berharap energi ini belum mencapai titik terendahnya.


    Untung saja sebelum workshop dimulai saya bertemu dengan beberapa muka yang saya kenal dengan baik, demikian sisa energi saya dapat bertahan dengan baik.


    Ruangan workshop ini cukup panjang. Sebelum masuk, aku melihat suasana ruangan ini, dan rasanya  cukup menggambarkan beberapa perasaan saya saat ini. 


    Langkah saya akhirnya menapak di ruangan tersebut. Sambil menggeser pintu ruangan, terlihat kalau ruangan ini berisikan kursi-kursi yang ikut memenuhi ruangan. 


    Perlahan jam menunjukkan waktu yang tepat untuk membisikkan agar kegiatan segera dimulai.


    Salah seorang pria dengan baju kaosnya yang gelap pekat dengan jeans biru, membuatnya lebih terlihat di antara dinding yang dicat putih.


    Pria itu kemudian berdiri. Terlihat bahwa ia cukup tinggi dengan posturnya yang cukup berisi. Sambil menyibukkan dirinya, ia berdeham lalu membuka mulutnya dan mengucapkan kalimat pembuka untuk kegiatan hari ini. 


    Muhammad Fadly Saleh, Ketua Panitia dari Pameran Revolusi Esok (REP) Pagi #6 membuka kegiatan Workshop ini. Ia memperkenalkan kembali kegiatan ini sambil menjelaskan 2 orang lainnya yang akan mengisi kegiatan nantinya. 


    Workshop ini merupakan kegiatan yang dilaksanan sebelum dilakukannya pameran inti pada tanggal 21 hingga 25 Juni nanti, di gedung yang sama, Kampus Institut Kesenian Makassar.


    Fadly sudah bersiap untuk menyelesaikan penjelasannya, ditandai dengan mempersilakan pemateri untuk memulai bahasannya. Agar ruangan ini dapat dipenuhi oleh lontaran buah pengalaman dan materi yang telah dipersiapkan.


    Tidak lupa mereka juga memberikan kesempatan kepada peserta supaya kegiatan ini dilakukan dengan dua arah, interaktif. Walaupun dengan konsep belajar mengajar pada umumnya berlangsung.


    Seorang pria dengan standar tinggi Indonesia kemudian melangkah maju perlahan ke depan. Ia tertutupi dengan pakaian santai dan kembali membuka kegiatan. Dilanjutkan dengan menjelaskan sedikit materi yang akan didapatkan oleh peserta kali ini. 


    Di akhir kalimatnya, ia beranjak izin untuk keluar ruangan guna menunaikan pekerjaannya yang lain. Namun dia duduk tak jauh dari ruangan tembus pandang ini.


    Tinggallah seorang pemateri yang juga tingginya tidak jauh berbeda dengan dua orang sebelumnya di tempat yang sama mereka berdiri. 


    Tubuhnya cukup besar. Kemeja yang menempel di tubuhnya cukup membuat ruangan ini terasa formal. Saya coba menarik diri lalu mempertanyakan formalitas baju yang saat itu saya gunakan. 


    Baju yang dia gunakan cukup berbeda dengan Fadly. Ia menggunakan atasan yang gelap dan bawahan berwarna cerah, yaitu kemeja biru navy yang sengaja tidak dikancing sempurna dengan menyisakan beberapa kancing di atas sana yang berseberangan dengan Levis kremnya.


    Tepat sebelum berada di tempat kedua orang sebelumnya berdiri, ia memperkenalkan dirinya, Maysir Yulanwar, seorang yang aktif dalam bidang fotografer, penulis dan desain grafis. Ia mengecek seisi ruangan seraya memenuhi ruangan itu dengan materi yang disampaikannya. 


    Di tengah sesinya yang cukup cepat dan padat, sesekali para peserta meminta jawaban atas penghubung isi kepala mereka dengan materi yang dituangkan dan lainnya akan pertanyaan yang cukup membuat pikiran mereka terganggu.


    Beberapa kali ia lepas-pakai kacamata yang menempel di wajahnya. Dalam beberapa waktu, di ruangan itu perlahan saya merasakan bahwa saat ini hawanya belum cukup dingin merasa ditambah lagi melihat beliau menggunakan kupluk berwarna hitam, rasanya semakin tak tertahankan.


    Ceret air yang dibawa oleh Maysir Yulanwar sepertinya sudah penuh dengan materi yang dibawakannya menandakan waktunya sudah selesai. 


    Pria yang sebelumnya duduk di luar bergegas masuk, melihat kekosongan di tempat tadinya Maysir Yulanwar berdiri. 


    Sambil menunggu waktu istirahat tiba, yang ditandai dengan waktu Maghrib, ia mengisi sela-sela waktu tersebut dengan informasi ringan.


    Waktu telah menghabiskan putarannya untuk menunjukkan bahwa satu jam telah terlewati. Menandakan bawa workshop akan kembali dilanjutkan. 


    Pria santai itu, dengan baju kaos army-nya memulai materi secara perlahan dengan pembicaraan dua arahnya. Pengalaman dan orang penting tak luput ia sebutkan.


    Pria itu dikenal akrab sebagai Rusdin Tompo. Dia merupakan Koordinator SATUPENA Sulawesi Selatan.


    Dalam penyampaiannya ia melangkah penuh, mengisi ruang depan. Langkahnya terasa cukup berat dengan celana jeans abu-abunya. 


    Dia mengambil beberapa karya untuk ditunjukkan. Lukisan tersebut merupakan lukisan yang baru saja sampai di panitia yang nantinya akan dipamerkan.


    Ini kesempatan beruntung karena saya menjadi salah satu orang yang terlebih dahulu melihatnya. 


    Pada akhir kelasnya, peserta telah disajikan penuh dengan materi yang mengisi tiap cangkir mereka masing-masing, akhirnya diminta untuk membuat tulisan kreatif. Kemudian, dibacakan dengan suara yang memenuhi setiap telinga yang ada di sana. 


    Kegiatan tersebut dilakukan sebagai bagian dari kegiatan workshop, menjadi tanda bahwa dari penerapan ilmu yang diberikan. Dan diharapkan bahwa akan ada output, berupa karya tulisan kreatif yang menjadi bukti workshop ini berhasil dilakukan. 


    Acara ini ditutup dengan hangat, dan melakukan foto bersama. Kemudian para peserta beranjak kembali ke rumah dengan pengharapan kegiatan ini dapat membawa mereka ke suatu tempat, suatu pengalaman baru.(ril*)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini